Dialog Biden-Netanyahu Pasca Serangan di Gaza
juteralabs.com – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah melakukan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah panggilan telepon yang berlangsung kurang dari tiga puluh menit. Panggilan ini merupakan yang pertama terjadi setelah serangan udara Israel yang mengakibatkan kematian tujuh pekerja bantuan di wilayah Gaza.
Teguran AS atas Serangan terhadap Pekerja Kemanusiaan
Dalam percakapan tersebut, Presiden Biden menegaskan kepada Netanyahu bahwa serangan yang menimpa pekerja kemanusiaan serta situasi krisis kemanusiaan di Gaza adalah hal yang “tidak dapat diterima”. Gedung Putih menambahkan bahwa Biden mendesak Israel untuk mengumumkan dan melaksanakan langkah-langkah konkret untuk mengatasi dampak pada sipil, penderitaan manusia, dan keselamatan pekerja bantuan.
Kehilangan Nyawa Warga Internasional
Tragedi serangan tersebut juga merenggut nyawa warga negara dari beberapa negara, termasuk seorang warga dengan kewarganegaraan ganda Amerika-Kanada yang bekerja untuk LSM World Central Kitchen. Korban lainnya terdiri dari warga negara Inggris, Australia, Polandia, dan Palestina.
Kebijakan AS terhadap Gaza dan Desakan Gencatan Senjata
Presiden Biden menekankan bahwa kebijakan AS terkait Gaza akan diinformasikan oleh respons Israel terhadap situasi saat ini. Biden juga mendesak pentingnya gencatan senjata yang segera di wilayah tersebut dan mendesak Netanyahu untuk mencapai kesepakatan secepatnya guna memfasilitasi pemulangan sandera yang terjebak di Gaza.
Israel Buka Akses Bantuan Kemanusiaan
Menyusul dialog tersebut, Kabinet Keamanan Israel merespon dengan mengambil “langkah segera” yang memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Perdana Menteri Netanyahu mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Penyeberangan Erez akan dibuka sementara untuk mengizinkan bantuan. Selain itu, Israel akan memperbolehkan pelabuhan Ashdod untuk memproses pengiriman bantuan ke Gaza, langkah yang dianggap vital untuk mencegah krisis kemanusiaan, memastikan kelangsungan pertempuran dan pencapaian tujuan militer.
